OBSERVASI KESULITAN BELAJAR MENULIS (DISGRAFIA)
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Kesulitan Belajar
Dosen pengampu: Tatik Imadatus Sa’adati, M.Psi.

Disusun oleh:
Moh. Nasikhul Umam (932107913)
Rizqiatus Sholihah (932115913)
Ulfah Nur Laili (932118113)
Kelas: E
JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAIN) KEDIRI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting dalam setiap kehidupan manusia.
Setiap manusia pastilah melakukan proses pendidikan, baik formal maupun non
formal. Dalam pendidikan formal terdapat dua komponen penting yang tidak dapat
lepas, yaitu guru dan siswa. Guru berperan sebagai seseorang yang mempunyai
ilmu yang akan mengajarkan ilmunya, sedangkan murid berperan sebagai penerima
ilmu yang diajarkan oleh murid. Oleh karena itu keduanya harus saling connect
agar ilmu dari guru dapat diterima seorang murid dengan baik.
Dalam proses pembelajaran seorang guru harus memahami kondisi yang
sedang dihadapinya. Terutama harus memahami kondisi muridnya.Didalam setiap
kelas pasti setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan guru harus
memahami itu.Bahkan ada anak yang dianggap kurang bisa memahami materi yang
disampaikan oleh gurunya.kejadian seperti ini sering terjadi dan seorang guru
seringkali menganggap bahwa muridnya itu bodoh.
Kesulitan belajar (learning
disabilities) pada anak, bila tidak dideteksi secara dini dan tidak
dilakukan terapi secara benar, bisa menyebabkan kegagalan dalam proses
pendidikan anak. Kepedulian orang tua yang tinggi dapat membantu dalam deteksi
dini kesulitan belajar ( learning disabilities) pada anak.
Ada dua jenis kesulitan belajar (learning disabilities), yaitu yang
bersifat developmental dan yang bersifat
akademis. Komponen utama dari developmental learning disabilities adalah
perhatian, memori, persepsi, dan kerusakan persepsi motori, selain kerusakan
berpikir dan kekurangan bahasa. Di dalam kelompok ini, sejumlah anak yang
memiliki kesulitan belajar khusus ( specific learning difficulty, SpLD)
atau kesulitan belajar akademis dideskripsikan sebagai mereka yang memiliki
kesulitan dalam aspek bahasa, membaca, mengeja, dan matematika. Meskipun fungsi
inteligensinya normal dalam arti intelektual, mereka mengalami kesulitan yang
signifikan sekalipun tingkat kinerjanya secara umum baik.[1]
Disgrafia adalah kesulitan khusus
dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya kedalam
bentuk tulisan,karena mereka tidak bisa menyuruh atau menyusun kata dengan baik
dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Pada anak-anak,
umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan
ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam
berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama
dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD.
Untuk selanjutnya, makalah
ini relatif banyak akan menjelaskan mengenai kesulitan menulis (disgrafia)
terutama handwriting karena kecenderungan
yang terjadi saat ini, dimana banyak siswa-siswa Sekolah Dasar (permulaan SD,
kelas I – III) yang mengalami kesulitan dalam menulis, bukan karena tulisan
mereka yang buruk, mungkin cara dan strateginya yang belum tepat diterapkan
pada siswa-siswa tersebut sehingga mereka mengalami kesulitan sewaktu menulis.
Padahal, kemampuan menulis sangatlah diperlukan, baik dalam kehidupan di
sekolah maupun di masyarakat guna keperluan penyelesaian tugas-tugas sekolah.
Sedangkan, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang memerlukan kemampuan menulis
untuk keperluan berkirim surat, mengisi formulir, ataupun membuat catatan.
Jadi, menulis bukan hanya kegiatan menyalin tetapi juga mengekspresikan
pikiran, ide, dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian kesulitan belajar ?
2.
Bagaimana cara
mengidentifikasi anak berkesulitan belajar?
3.
Apa saja
ciri-ciri anak berkesulitan belajar?
4.
Bagaiamana
kurikulum yang harus diterapkan bagi anak berkesulitan belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Identitas
Subyek Observasi
Nama
: Muhammad Taufiq Hidayat
Alamat
: RT 20 RW 08 Dsn Bangsongan, Ds Sukoanyar, Kec
Mojo,
Kabupaten
Kediri
Kelas : 3 SD
Sekolah
: MI Mafatihul Huda
Agama : Islam
Orang
Tua : Muhammad Yusuf
Isroi’yyah
Anak
ke- : Kedua dari 3
bersaudara
Pekerjaan
orang tua : Wiraswasta (Pedagang)
B.
Obsevasi dan
test
Observasi dan tes terhadap subyek ini dilaksanakan pada :
Hari
:
Ahad
Tanggal
: 10
Mei 2015
Pukul
: 17.00
WIB sampai dengan selesai, waktu setelah usai TPQ.
Temapat : TPQ Mafatihul Huda Bangsongan Sukoanyar Mojo
1.
Pengertian
Disgrafia
Disleksia merupakan salah satu
gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup.
Disleksia dianggap suatu efek yang disebabkan karena gangguan dalam asosiasi
daya ingat (memori) dan pemrosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer.
Untuk dapat membaca secara automatis anak harus melalui pendidikan dan
intelegensi yang normal tanpa adanya gangguan sensoris. Biasanya kesulitan ini
baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.
Disleksia
seringkali diartikan sebagai kesulitan membaca. Anak mengalami kesulitan yang
berkaitan dengan pemahaman bahasa apabila disajikan dalam bentuk tertulis. Anak
yang mengalami disleksia tidak selalu susah berkomunikasi. Maksudnya, anak
mungkin sama sekali tidak menemukan kesulitan dalam memahami bahasa lisan.[2]
Kesulitan
membaca (disleksia) bisa timbul pada anak yang mempunyai kecerdasan tinggi
ataupun dibawah rata-rata. Oleh karena itu, kesulitan belajar jenis ini tidak
tergantung pada tingkat intelegensinya.[3]
Beberaapa
hal gangguan fungsi saraf otak yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
intelegensia pada dasarnya dilakukan pengamatan pada gejala-gejala yang
ditimbulkannya, menurut Aldenkamp dkk., dapat dibagi menjadi:[4]
a)
Gangguan pada
tempo urutan unit bahasa, yaitu gangguan pada pencandraan dan mengingat huruf,
suku kata dan bunyian.
b)
Gangguan pada
diskriminasi auditif, yaitu pada membedakan bunyian
c)
Gangguan pada
seleksi pencandraan/seleksi perhatian, yaitu membedakan mana latar belakang dan
mana yang menjadi figure utama.
d)
Gangguan pada visuo-spatial
organisasi, misalnya kanan kiri, orientasi ruang.
e)
Gangguan pada pengenalan melalui panca indra taktil,
yaitu pengenalan figure melalui perabaan.
Disebut disgrafia jika mengalami kesulitan dalam menulis meliputi
hambatan fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap atau tulisan
tangannya buruk. Sedangkan kesulitan belajar menulis yang berat disebut huga “agrafia”.
Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau
symbol-simbol matematika.[5]
Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang
pensil, ada empat cara anak memegang pensil yang dijadikan sebagai petunjuk
bahwa anak berkesulitan belajar menulis yakni[6]
:
1)
Sudut pensil
terlalu besar
2)
Sudut pensil
terlalu kecil
3)
Menggenggam
pensil
4)
Menyangkutkan
pensil ditangan atau menyeret.
Gambar[7]
2.

Sedangkan pembagian pada
kesulitan belajar menulis ini dapat dibagi menjadi tiga kegiatan menulis, yaitu[8]
:
a)
Kesulitan
menulis dengan tangan (menulis permulaan)
Ø Menulis dari kiri ke kanan (kecuali huruf hijaiyah)
Ø Memegang pensil dengan benar
Ø Menulis nama panggilannya sendiri
Ø Menulis huruf-huruf
Ø Menyalin kata-kata dari papan tulis atau kertas
Ø Menulis pada garis yang tepat
b)
Kesulitan
mengeja, meliputi :
Ø Pengurangan huruf
Ø Mencerminkan dialek (sapi menjadi sampi)
Ø Mencerminkan kesalahan ucap (namun ditulis nanum)
Ø Pembalikan huruf dan kata (ibu menjadi ubi)
Ø Pembalikan konsonan (air menjadi ari)
Ø Pembalikan konsonan atau vokal (berjalan menjadi bejrlan)
Ø Pembalikan suku kata (laba menjadi bala)
c)
Kesulitan
menulis ekspresif,
Ø Panjang karangan
Ø Ejaan, tanda baca dan tata bahasa
Ø Kematangan dan keabsahan tema
Ø Bentuk tulisan tangan dan huruf
Ø Panjang kalimat dan perbendaharaan kata
Ø Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
Ø Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dan tulisannya.
Tanda-tanda yang lain seseorang mengalami kesulitan dysgraphia
learning adalah sebagai berikut:
a.
Bingung
menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis
b.
Menulis huruf
dan angka dengan hasil yang kurang baik
c.
Terdapat jarak
pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
d.
Tulisannya
tidak stabil, kadang naik, kadang turun
e.
Menempatkan
paragraph secara keliru
f.
Lupa
mencantumkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah
g.
Ketidakkonsistenan
bentuk huruf dalam tulisannya (cara menulis tidak konsisten)
h.
Ukuran dan
bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional
i.
Adanya
kesalahan dalam tanda baca paragraph.
2.
Test Terhadap
Subjek
Teks:
a.
Sifat-sifat
Allah yang wajib diketahui oleh umat Muslim ada 41 (empat puluh satu).
Sifat-sifat tersebut meliputi: 20 (dua puliuh) sifat Wajib, 20 (dua puluh)
sifat Mustahil, dan 1 (satu) sifat Jaiz.
b.
Sifat wajib
memiliki arti bahwa Allah itu ada.
c.
Sifat ‘Adam
memiliki arti bahwasannya mustahil jika Allah tidak ada.
d.
Sifat
Mukhlafatulil Hawaditsi memiliki arti bahwasannya Allah berbea dengan semua
Makhluk.
e.
Sifat
Ihtiyajuhu Lighairihi memiliki arti mustahil jika Allah membutuhkan bantuan
dari Makhluk Hidup.
3.
Hasil Test
Gambar 1



4.
Analisis
Kesalahan
1.
Tidak adanya
spasi disemua tulisannya.
2.
Satu kata
dipisah menggunakan spasi, “makhluk” ditulis “ma hluk”.
3.
Kesalahan
penulisan huruf kapital, yang harusnya ditulis huruf besar tetapi tetap
menggunakan huruf kecil, begitupun sebaliknya. Kata “tersebut” ditulis “terseBut”,
“Allah” ditulis “alloh” (kesalahan dalam huruf vokal), “Makhluk”
ditulis “makhluk”, “bahwasanya (ditengah kalimat)” ditulis “Bahwasanya”.
“Ihtiyajuhu Lighairihi” ditulis “Ihtiyajuhu liGhairihi”,
Mukhalafatul lil Hawaditsi” ditulis “mukhalafatu lil hawadits”, “Allah”
ditulis “alloH”, “membuthkan” ditulis “memButuhkan”,
makhluk” ditulis “maHluk”.
4.
Salah dalam
penulisan angka pada kalimat “Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh umat
Muslim ada 41”, 41 ditulis 21.
5.
Pada kata
“wujud” penulisan “w” tidak jelas, menyerupai huruf “h”, kata “semua” penulisan
huruf “m” menyerupai “n”
6.
Pengurangn
huruf pada tulisan “Allah” ditulis “alah”, dengan huruf awal kecil,
“Mukhalafatul lil Hawaditsi” ditulis “mukhalafatu lil hawadits”, “makhluk”
ditulis “maHluk”.
7.
Salah dala
penulisan huruf, “Allah” ditulis “Alloh”, “jika” ditulis “jiku”.
8.
Tidak
memperhatikan tanda baca, hanya ada titik (.) di akhir kalimat.
9.
Tulisannya
tidak mengikuti garis lurus.
Table analisis kesalahan menulis dengan disgrafia
No.
|
Jenis Kesalahan
|
Cek
|
Ket
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
|
Salah
arah dalam memulai menulis
Salah
dalam memegang pensil
Tidak
bisa menulis nama panggilannya sendiri
Tidak
dapat menulis huruf-huruf
Tidak
dapat menyalin tulisan meski dengan melihat
Menulis
tidak tepat pada garisnya
Terjadi
pengurangan huruf dan kata
Terjadi
penambahan huruf
Tulisan
menunjukkan dialeg daerah
Tulisan
menunjukkan kesalahan ucap
Terjadi
pembalikan huruf dalam kata
Dalam
menulis terjadi pembalikan konsonan
Pembalikan
konsonan atau vokal
Terjadi
pembalikan suku kata
Tidak
memperhatikan ejaan
Tidak
memperhatikan tanda baca
Tidak
memperhatikan tata bahasa yang benar
Telah
melampaui kematangan dan keabstrakan tema
Bentuk
tulisan tanganya buruk
Penggunaan
huruf besar dan kecil masih bercampur
Ada
ketidak konsistenan bentuk huruf dan tulisannya
Terdapat
jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
Menulis
huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik
Tidak
tampak spasi
|
-
-
-
-
-
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
√
√
-
√
√
√
|
Semua tulisan
3, 6, 8
Semua tulisan
7
Semua tulisan
1, 3, 9, 10, 11, 12, 13, 14.
14
Hampir semua kata
Hampir semua kalimat
|
5.
Kesimpulan
analisis
Bila dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari
delapan item perilaku dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut
berisiko mengalami kesulitan belajar (Sumarlis, 2007). Untuk memperoleh
informasi yang lebih akurat mengenai kondisi kesulitan belajarnya, anak bisa
dirujuk kepada tenaga ahli (psikolog, pedagog), sehingga layanan pendidikan
yang diberikan kepada anak berkesulitan belajar menjadi lebih tepat. Namun,
tanpa rujukan tenaga ahli pun, guru tetap dapat menyusun program dan
melaksanakan pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.[9]
Dari data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan subyek mengalami
kesulitan belajar menulis atau disleksia, pada poin berikut :
a.
Menulis tidak
tepat pada garisnya
b.
Tidak tampak
spasi
c.
Terjadi
pengurangan huruf dan kata
d.
Tidak
memperhatikan tanda baca
e.
Bentuk tulisan
tanganya buruk
f.
Penggunaan
huruf besar dan kecil masih bercampur
g.
Terdapat jarak
pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
h.
Menulis huruf
dan angka dengan hasil yang kurang baik
6.
Kurikulum yang Disarankan
untuk Disgrafia
Disgrafia
· Menulis tidak tepat pada garisnya
· Pengurangan huruf dan kata
· Penambahan huruf
· Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
· Tidak memperhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa
· Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
· Ada ketidakkonsistenan bentuk huruf dan tulisannya
|
ü Menulis dengan menggunakan buku halus (bergaris)
ü Metode Fernald/Multisensori
ü Metode Fernald/Multisensori
ü Metode Fernald/Multisensori
ü Metode Dikte
ü Metode Fernald/Multisensori
ü Metode Fernald/Multisensori
|
Ø Buku halus
Ø Buku bacaan
Ø Audio, visual
Ø Alat tulis
Ø Buku bacaan
Ø Alat tulis
|
Keterangan
metode pembelajaran yang bisa diterapkan dari table diatas.
1.
Metode
FERNALD/MULTISENSORI[10]
Metode menulis
permulaan dengan pendekatan perkembangan
a.
Prinsip
1.)
Metode nama
lain dari metode multisensori
2.)
Bisa diterapkan
pada huruf maupun kata
b.
Langkah-langkah
1.)
Anak memilih
kata yang akan dipelajari.
2.)
Guru menuliskan
kata yang dimaksud dikertas/papan tulis.
3.)
Guru membacakan
kata dengan lafal yang tepat, anak-anak mengikutinya.
4.)
Anak menelusuri
huruf-huruf, melafalkan kata itu bebrapa kali, lalu menuliskannya di kertas
dengan menyalin dari tulisan gurunya sambil tetap melafalkan bunyi katanya.
5.)
Kamudian anak
disuruh menuliskan kata tersebut tanpa melihat kembali contoh tulisan guru.
6.)
Kalau pada
tahap ini anak melakukannya dengan benar, maka ulangi kembali
langkah-langkahnya dari langkah ke-4.
7.)
Bila anak sudah
benar-benar menguasainya, simpanlah kata tersebut ditempat khusus, sehingga
nantibisa digunakan untuk bahan mengingat dan bahan bercerita.
2.
Metode DIKTE[11]
Metode menulis permulaan/lanjut dengan pendekatan perilaku
a.
Prinsip
1.)
Mendayagunakan
kemampuan sensoris: Visual, Auditori, Taktil, dan Kinestetik.
2.)
Membiasakan
anak mengasosiasikan bunyi (auditoris) dengan bentuk (visual)
huruf.
3.)
Membiasakan
anak menuliskan (kinestetik) atas bunyi (auditoris) dalam bentuk gambar huruf
(visual).
4.)
Melatih proses
menulis secara praktis.
b.
Langkah-langkah
1.)
Anak menyimak
huruf/kata yang dilafalkan guru.
2.)
Ulangi
pelafalan bila perlu.
3.)
Anak menulis
sambil melafalkan huruf/kata.
4.)
Guru menulis
contoh huruf/kata di papan tulis.
5.)
Anak menyalin
contoh dari gurunya di bawah tulisannya sendiri.
6.)
Ulangi
langkah-langkah tersebut 2-3 kali.
7.)
Koreksi secara
bersama-sama.
BAB III
PENUTUP
Dari observasi dan test yang dilakukan observer diatas maka dapat
disimpulkan anak (subyek) kemungkinan mengalami Kesulita Belajar Menulis,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Menulis tidak
tepat pada garisnya
b.
Terjadi
pengurangan huruf dan kata
c.
Tidak
memperhatikan tanda baca
d.
Bentuk tulisan
tanganya buruk
e.
Penggunaan
huruf besar dan kecil masih bercampur
f.
Terdapat jarak
pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
g.
Menulis huruf
dan angka dengan hasil yang kurang baik
Adapun metode yang bisa dilakukan untuk Kesulitan Menulis adalah:
1.
Metode
FERNALD/MULTISENSORI
2.
Metode DIKTE
DAFTAR PUSTAKA
Ochamudz, kesulitan belajar menulis Disgrafia (https://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/), www.google.com. Di post pada mei 2010, diakses pada 10 Mei 2015 pukul 15.00.
Subini, Nini. Mengatasi Kesulitan Belajar
Pada Anak. Jogjakarta: Javalitera. 2011.
Tiel, Julia Maria Van. Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada. 2008.
Wulan,
Ratna. Mengasah Kecerdasan Pada Anak. Yogyakarta: Putaka Pelajar. 2011.
13 Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan
Belajar. (Pusat Kurikulum Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2007
[1]
https://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/
[2]Ratna Wulan, Mengasah
Kecerdasan Pada Anak (Yogyakarta: Putaka Pelajar, 2011), 35.
[3] Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak (Jogjakarta:
Javalitera, 2011), 53-56.
[5]Ibid., 228.
[6] Ibid.
[7] Ibid., 229.
[8] Ibid.,
233-244.
[9]13 Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan
Belajar. (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional.2007, 11.
[10] Ibid., 21.
[11] Ibid., 22.