Jumat, 27 November 2015

OBSERVASI KESULITAN BELAJAR MENULIS (DISGRAFIA)



OBSERVASI KESULITAN BELAJAR MENULIS (DISGRAFIA)
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Kesulitan Belajar
Dosen pengampu: Tatik Imadatus Sa’adati, M.Psi.


Disusun oleh:
Moh. Nasikhul Umam             (932107913)
Rizqiatus Sholihah                  (932115913)
Ulfah Nur Laili                       (932118113)
Kelas: E
JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAIN) KEDIRI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting dalam setiap kehidupan manusia. Setiap manusia pastilah melakukan proses pendidikan, baik formal maupun non formal. Dalam pendidikan formal terdapat dua komponen penting yang tidak dapat lepas, yaitu guru dan siswa. Guru berperan sebagai seseorang yang mempunyai ilmu yang akan mengajarkan ilmunya, sedangkan murid berperan sebagai penerima ilmu yang diajarkan oleh murid. Oleh karena itu keduanya harus saling connect agar ilmu dari guru dapat diterima seorang murid dengan baik.
Dalam proses pembelajaran seorang guru harus memahami kondisi yang sedang dihadapinya. Terutama harus memahami kondisi muridnya.Didalam setiap kelas pasti setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan guru harus memahami itu.Bahkan ada anak yang dianggap kurang bisa memahami materi yang disampaikan oleh gurunya.kejadian seperti ini sering terjadi dan seorang guru seringkali menganggap bahwa muridnya itu bodoh. 
Kesulitan belajar (learning disabilities) pada anak, bila tidak dideteksi secara dini dan tidak dilakukan terapi secara benar, bisa menyebabkan kegagalan dalam proses pendidikan anak. Kepedulian orang tua yang tinggi dapat membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar ( learning disabilities) pada anak. Ada dua jenis kesulitan belajar (learning disabilities), yaitu yang bersifat developmental dan yang bersifat akademis. Komponen utama dari developmental learning disabilities adalah perhatian, memori, persepsi, dan kerusakan persepsi motori, selain kerusakan berpikir dan kekurangan bahasa. Di dalam kelompok ini, sejumlah anak yang memiliki kesulitan belajar khusus ( specific learning difficulty, SpLD) atau kesulitan belajar akademis dideskripsikan sebagai mereka yang memiliki kesulitan dalam aspek bahasa, membaca, mengeja, dan matematika. Meskipun fungsi inteligensinya normal dalam arti intelektual, mereka mengalami kesulitan yang signifikan sekalipun tingkat kinerjanya secara umum baik.[1]
Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan,karena mereka tidak bisa menyuruh atau menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Pada anak-anak, umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD.
Untuk selanjutnya, makalah ini relatif banyak akan menjelaskan mengenai kesulitan menulis (disgrafia) terutama handwriting karena kecenderungan yang terjadi saat ini, dimana banyak siswa-siswa Sekolah Dasar (permulaan SD, kelas I – III) yang mengalami kesulitan dalam menulis, bukan karena tulisan mereka yang buruk, mungkin cara dan strateginya yang belum tepat diterapkan pada siswa-siswa tersebut sehingga mereka mengalami kesulitan sewaktu menulis. Padahal, kemampuan menulis sangatlah diperlukan, baik dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat guna keperluan penyelesaian tugas-tugas sekolah. Sedangkan, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang memerlukan kemampuan menulis untuk keperluan berkirim surat, mengisi formulir, ataupun membuat catatan. Jadi, menulis bukan hanya kegiatan menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran, ide, dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

B.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian kesulitan belajar ?
2.      Bagaimana cara mengidentifikasi anak berkesulitan belajar?
3.      Apa saja ciri-ciri anak berkesulitan belajar?
4.      Bagaiamana kurikulum yang harus diterapkan bagi anak berkesulitan belajar?



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Identitas Subyek Observasi
Nama                        : Muhammad Taufiq Hidayat
Alamat                     : RT 20 RW 08 Dsn Bangsongan, Ds Sukoanyar, Kec Mojo, 
                                    Kabupaten Kediri
Kelas                        : 3 SD
Sekolah                    : MI Mafatihul Huda
Agama                      :  Islam
Orang Tua                :  Muhammad Yusuf
                                    Isroi’yyah
Anak ke-                  : Kedua dari 3 bersaudara
Pekerjaan orang tua : Wiraswasta (Pedagang)

B.  Obsevasi dan test
Observasi dan tes terhadap subyek ini dilaksanakan pada :
Hari       : Ahad
Tanggal : 10 Mei 2015
Pukul     : 17.00 WIB sampai dengan selesai, waktu setelah usai TPQ.
Temapat : TPQ Mafatihul Huda Bangsongan Sukoanyar Mojo


1.      Pengertian Disgrafia
Disleksia merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup. Disleksia dianggap suatu efek yang disebabkan karena gangguan dalam asosiasi daya ingat (memori) dan pemrosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer. Untuk dapat membaca secara automatis anak harus melalui pendidikan dan intelegensi yang normal tanpa adanya gangguan sensoris. Biasanya kesulitan ini baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.
Disleksia seringkali diartikan sebagai kesulitan membaca. Anak mengalami kesulitan yang berkaitan dengan pemahaman bahasa apabila disajikan dalam bentuk tertulis. Anak yang mengalami disleksia tidak selalu susah berkomunikasi. Maksudnya, anak mungkin sama sekali tidak menemukan kesulitan dalam memahami bahasa lisan.[2]
Kesulitan membaca (disleksia) bisa timbul pada anak yang mempunyai kecerdasan tinggi ataupun dibawah rata-rata. Oleh karena itu, kesulitan belajar jenis ini tidak tergantung pada tingkat intelegensinya.[3]
Beberaapa hal gangguan fungsi saraf otak yang dapat menyebabkan gangguan fungsi intelegensia pada dasarnya dilakukan pengamatan pada gejala-gejala yang ditimbulkannya, menurut Aldenkamp dkk., dapat dibagi menjadi:[4]
a)      Gangguan pada tempo urutan unit bahasa, yaitu gangguan pada pencandraan dan mengingat huruf, suku kata dan bunyian.
b)      Gangguan pada diskriminasi auditif, yaitu pada membedakan bunyian
c)      Gangguan pada seleksi pencandraan/seleksi perhatian, yaitu membedakan mana latar belakang dan mana yang menjadi figure utama.
d)     Gangguan pada visuo-spatial organisasi, misalnya kanan kiri, orientasi ruang.
e)      Gangguan pada pengenalan melalui panca indra taktil, yaitu pengenalan figure melalui perabaan.

Disebut disgrafia jika mengalami kesulitan dalam menulis meliputi hambatan fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap atau tulisan tangannya buruk. Sedangkan kesulitan belajar menulis yang berat disebut huga “agrafia”. Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau symbol-simbol matematika.[5]
Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil, ada empat cara anak memegang pensil yang dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar menulis yakni[6] :
1)      Sudut pensil terlalu besar
2)      Sudut pensil terlalu kecil
3)      Menggenggam pensil
4)      Menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
Gambar[7] 2.
  Sedangkan pembagian pada kesulitan belajar menulis ini dapat dibagi menjadi tiga kegiatan menulis, yaitu[8] :
a)      Kesulitan menulis dengan tangan (menulis permulaan)
Ø Menulis dari kiri ke kanan (kecuali huruf hijaiyah)
Ø Memegang pensil dengan benar
Ø Menulis nama panggilannya sendiri
Ø Menulis huruf-huruf
Ø Menyalin kata-kata dari papan tulis atau kertas
Ø Menulis pada garis yang tepat
b)      Kesulitan mengeja, meliputi :
Ø Pengurangan huruf
Ø Mencerminkan dialek (sapi menjadi sampi)
Ø Mencerminkan kesalahan ucap (namun ditulis nanum)
Ø Pembalikan huruf dan kata (ibu menjadi ubi)
Ø Pembalikan konsonan (air menjadi ari)
Ø Pembalikan konsonan atau vokal (berjalan menjadi bejrlan)
Ø Pembalikan suku kata (laba menjadi bala)
c)      Kesulitan menulis ekspresif,
Ø Panjang karangan
Ø Ejaan, tanda baca dan tata bahasa
Ø Kematangan dan keabsahan tema
Ø Bentuk tulisan tangan dan huruf
Ø Panjang kalimat dan perbendaharaan kata
Ø Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
Ø Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dan tulisannya.

Tanda-tanda yang lain seseorang mengalami kesulitan dysgraphia learning adalah sebagai berikut:
a.       Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis
b.      Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik
c.       Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
d.      Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun
e.       Menempatkan paragraph secara keliru
f.       Lupa mencantumkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah
g.      Ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya (cara menulis tidak konsisten)
h.      Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional
i.        Adanya kesalahan dalam tanda baca paragraph.

2.      Test Terhadap Subjek
Teks:
a.       Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh umat Muslim ada 41 (empat puluh satu). Sifat-sifat tersebut meliputi: 20 (dua puliuh) sifat Wajib, 20 (dua puluh) sifat Mustahil, dan 1 (satu) sifat Jaiz.
b.      Sifat wajib memiliki arti bahwa Allah itu ada.
c.       Sifat ‘Adam memiliki arti bahwasannya mustahil jika Allah tidak ada.
d.      Sifat Mukhlafatulil Hawaditsi memiliki arti bahwasannya Allah berbea dengan semua Makhluk.
e.       Sifat Ihtiyajuhu Lighairihi memiliki arti mustahil jika Allah membutuhkan bantuan dari Makhluk Hidup.





3.      Hasil Test
Gambar 1
                       



4.      Analisis Kesalahan
1.      Tidak adanya spasi disemua tulisannya.
2.      Satu kata dipisah menggunakan spasi, “makhluk” ditulis “ma hluk”.
3.      Kesalahan penulisan huruf kapital, yang harusnya ditulis huruf besar tetapi tetap menggunakan huruf kecil, begitupun sebaliknya. Kata “tersebut” ditulis “terseBut”, “Allah” ditulis “alloh” (kesalahan dalam huruf vokal), “Makhluk” ditulis “makhluk”, “bahwasanya (ditengah kalimat)” ditulis “Bahwasanya”. “Ihtiyajuhu Lighairihi” ditulis “Ihtiyajuhu liGhairihi”, Mukhalafatul lil Hawaditsi” ditulis “mukhalafatu lil hawadits”, “Allah” ditulis “alloH”, “membuthkan” ditulis “memButuhkan”, makhluk” ditulis “maHluk”.
4.      Salah dalam penulisan angka pada kalimat “Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh umat Muslim ada 41”, 41 ditulis 21.
5.      Pada kata “wujud” penulisan “w” tidak jelas, menyerupai huruf “h”, kata “semua” penulisan huruf “m” menyerupai “n”
6.      Pengurangn huruf pada tulisan “Allah” ditulis “alah”, dengan huruf awal kecil, “Mukhalafatul lil Hawaditsi” ditulis “mukhalafatu lil hawadits”, “makhluk” ditulis “maHluk”.
7.      Salah dala penulisan huruf, “Allah” ditulis “Alloh”, “jika” ditulis “jiku”.
8.      Tidak memperhatikan tanda baca, hanya ada titik (.) di akhir kalimat.
9.      Tulisannya tidak mengikuti garis lurus.

Table analisis kesalahan menulis dengan disgrafia
No.
Jenis Kesalahan
Cek
Ket
1.
2.
3.
4.
5.



6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

16.
17.

19.

20.


21.

22.

23.



24.
Salah arah dalam memulai menulis
Salah dalam memegang pensil
Tidak bisa menulis nama panggilannya sendiri
Tidak dapat menulis huruf-huruf
Tidak dapat menyalin tulisan meski dengan melihat
Menulis tidak tepat pada garisnya

Terjadi pengurangan huruf dan kata
Terjadi penambahan huruf
Tulisan menunjukkan dialeg daerah
Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
Terjadi pembalikan huruf dalam kata
Dalam menulis terjadi pembalikan konsonan
Pembalikan konsonan atau vokal
Terjadi pembalikan suku kata
Tidak memperhatikan ejaan
Tidak memperhatikan tanda baca

Tidak memperhatikan tata bahasa yang benar
Telah melampaui kematangan dan keabstrakan tema
Bentuk tulisan tanganya buruk

Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur

Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dan tulisannya
Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik


Tidak tampak spasi


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-
-
-
-


-




-











Semua tulisan

3, 6, 8








Semua tulisan

7
Semua tulisan
1, 3, 9, 10, 11, 12, 13, 14.



14

Hampir semua kata
Hampir semua kalimat

5.      Kesimpulan analisis
Bila dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari delapan item perilaku dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut berisiko mengalami kesulitan belajar (Sumarlis, 2007). Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai kondisi kesulitan belajarnya, anak bisa dirujuk kepada tenaga ahli (psikolog, pedagog), sehingga layanan pendidikan yang diberikan kepada anak berkesulitan belajar menjadi lebih tepat. Namun, tanpa rujukan tenaga ahli pun, guru tetap dapat menyusun program dan melaksanakan pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.[9]
Dari data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan subyek mengalami kesulitan belajar menulis atau disleksia, pada poin berikut :
a.       Menulis tidak tepat pada garisnya
b.      Tidak tampak spasi
c.       Terjadi pengurangan huruf dan kata
d.      Tidak memperhatikan tanda baca
e.       Bentuk tulisan tanganya buruk
f.       Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
g.      Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
h.      Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik

6.      Kurikulum yang Disarankan untuk Disgrafia
Disgrafia
·  Menulis tidak tepat pada garisnya

·  Pengurangan huruf dan kata

·  Penambahan huruf
·  Tulisan menunjukkan kesalahan ucap
·  Tidak memperhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa
·  Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
·  Ada ketidakkonsistenan bentuk huruf dan tulisannya

ü Menulis dengan menggunakan buku halus (bergaris)
ü Metode Fernald/Multisensori


ü Metode Fernald/Multisensori
ü Metode Fernald/Multisensori

ü Metode Dikte


ü Metode Fernald/Multisensori

ü Metode Fernald/Multisensori



Ø Buku halus

Ø Buku bacaan
Ø Audio, visual
Ø Alat tulis



Ø Buku bacaan
Ø Alat tulis

Keterangan metode pembelajaran yang bisa diterapkan dari table diatas.
1.      Metode FERNALD/MULTISENSORI[10]
Metode menulis permulaan dengan pendekatan perkembangan
a.       Prinsip
1.)    Metode nama lain dari metode multisensori
2.)    Bisa diterapkan pada huruf maupun kata
b.      Langkah-langkah
1.)    Anak memilih kata yang akan dipelajari.
2.)    Guru menuliskan kata yang dimaksud dikertas/papan tulis.
3.)    Guru membacakan kata dengan lafal yang tepat, anak-anak mengikutinya.
4.)    Anak menelusuri huruf-huruf, melafalkan kata itu bebrapa kali, lalu menuliskannya di kertas dengan menyalin dari tulisan gurunya sambil tetap melafalkan bunyi katanya.
5.)    Kamudian anak disuruh menuliskan kata tersebut tanpa melihat kembali contoh tulisan guru.
6.)    Kalau pada tahap ini anak melakukannya dengan benar, maka ulangi kembali langkah-langkahnya dari langkah ke-4.
7.)    Bila anak sudah benar-benar menguasainya, simpanlah kata tersebut ditempat khusus, sehingga nantibisa digunakan untuk bahan mengingat dan bahan bercerita.
2.      Metode DIKTE[11]
Metode menulis permulaan/lanjut dengan pendekatan perilaku
a.       Prinsip
1.)    Mendayagunakan kemampuan sensoris: Visual, Auditori, Taktil, dan Kinestetik.
2.)    Membiasakan anak mengasosiasikan bunyi (auditoris) dengan bentuk (visual) huruf.
3.)    Membiasakan anak menuliskan (kinestetik) atas bunyi (auditoris) dalam bentuk gambar huruf (visual).
4.)    Melatih proses menulis secara praktis.
b.      Langkah-langkah
1.)    Anak menyimak huruf/kata yang dilafalkan guru.
2.)    Ulangi pelafalan bila perlu.
3.)    Anak menulis sambil melafalkan huruf/kata.
4.)    Guru menulis contoh huruf/kata di papan tulis.
5.)    Anak menyalin contoh dari gurunya di bawah tulisannya sendiri.
6.)    Ulangi langkah-langkah tersebut 2-3 kali.
7.)    Koreksi secara bersama-sama.

BAB III
PENUTUP
Dari observasi dan test yang dilakukan observer diatas maka dapat disimpulkan anak (subyek) kemungkinan mengalami Kesulita Belajar Menulis, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Menulis tidak tepat pada garisnya
b.      Terjadi pengurangan huruf dan kata
c.       Tidak memperhatikan tanda baca
d.      Bentuk tulisan tanganya buruk
e.       Penggunaan huruf besar dan kecil masih bercampur
f.       Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata
g.      Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik
Adapun metode yang bisa dilakukan untuk Kesulitan Menulis adalah:
1.      Metode FERNALD/MULTISENSORI
2.      Metode DIKTE
DAFTAR PUSTAKA
Ochamudz, kesulitan belajar menulis Disgrafia (https://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/), www.google.com. Di post pada mei 2010, diakses pada 10 Mei 2015 pukul 15.00.
Subini, Nini. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Jogjakarta: Javalitera. 2011.
Tiel, Julia Maria Van. Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada. 2008.
Wulan, Ratna. Mengasah Kecerdasan Pada Anak. Yogyakarta: Putaka Pelajar. 2011.
13 Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar. (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2007


[1] https://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/kesulitan-belajar-menulis-disgrafia-handwriting/
[2]Ratna Wulan, Mengasah Kecerdasan Pada Anak (Yogyakarta: Putaka Pelajar, 2011), 35.
[3] Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak (Jogjakarta: Javalitera, 2011), 53-56.
[4] Julia Maria Van Tiel, Anakku Terlambat Bicara (Jakarta: Prenada, 2008), 288.
[5]Ibid., 228.
[6] Ibid.
[7] Ibid., 229.
[8] Ibid., 233-244.
[9]13 Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar. (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.2007, 11.
[10] Ibid., 21.
[11] Ibid., 22.